Salurkan Infaq Anda untuk PEMBANGUNAN GEDUNG MADRASAH DINIYAH MUHAMMADIYAH SIDOMULYO KEC.ANGGANA KAB.KUKAR melalui: BANK BRI UNIT ANGGANA No. Rek. 4565.01.003179.53.3 a.n. PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH ANGGANA

SEJARAH MUHAMMADIYAH

Pada tanggal 8 Dzulhiijah 1330 Hijriyah atau 18 Nopember 1912 Miladiyah, oleh almarhum KHA. Dahlan didirikan suatu persyarikatan sebagai "gerakan Islam" dengan nama "MUHAMMADIYAH" yang disusun dengan Majelis-Majelisnya, mengikuti peredaran zaman serta berdasarkan "syura" yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawatan atau Muktamar. Kesemuanya itu perlu untuk menunaikan kewajiban mengamalkan perintah-perintah Allah dan mengikuti sunnah Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw., guna mendapat karunia dan ridla-Nya di dunia dan akhirat, dan untuk mencapai masyarakat yang sentausa dan bahagia, disertai nikmat dan rahmat Allah yang melimpah-limpah, sehingga merupakan: "Suatu negara yang indah, bersih, suci dan makmur di bawah perlindungan Tuhan Yang Maha Pengampun". Maka dengan Muhammadiyah ini, mudah-mudahan ummat Islam dapatlah diantarkan ke pintu gerbang Syurga "Jannatun Na'im" dengan keridlaan Allah Yang Rahman dan Rahim.


lazada

Senin, Desember 13, 2010

Progress Pembuatan Tempat Wudlu Masjid Mujahiddin






Alhamdulillah, pembuatan tempat wudlu/WC masjid Mujahiddin di Desa Sidomulyo sudah mencapai 90 %, air ledeng sudah disambung sehingga sudah bisa dipergunakan untuk ber wudlu dan buang air. Yang belum selesai adalah plafond dan cat bagian samping dan belakang. Bagi yang telah berinfaq, kami ucapkan terima kasih, semoga Allah SWT membalas dengan pahala yang berlipat ganda, dan kami juga masih membuka kesempatan bagi yang ingin berinfaq untuk penyelesaian pemasangan plafond dan semenisasi jalan dari teras masjid ke tempat wudlu.....

TONGKAT NABI MUSA


Oleh : Rois Fatoni

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

“Tinggallah kalian di sini sebentar. Sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepada kalian atau barangkali aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu", kata nabi Musa kepada keluarganya.Waktu itu beliau sedang melakukan perjalanan bersama keluarganya melewati padang pasir yang luas.

******

Ada tiga perbekalan yang mutlak diperlukan oleh pengembara di rimba daratan, yaitu terompah, tongkat dan api. Terompah digunakan untuk alas kaki sehingga kaki bisa digunakan untuk berjalan di tengah panasnya pasir di siang hari dan tusukan hawa dingin di malam hari. Tongkat bisa digunakan untuk membantu berjalan di medan yang sulit, menghalau binatang atau meraih buah buahan. Sedangkan api sangat berguna terutama di waktu malam untuk menghalau binatang buas; atau sebagai identitas suatu kafilah di malam hari.

Ketika hari mulai malam, dan nabi Musa kehabisan bekal api, tampaklah oleh beliau akan setitik api di kejauhan. Pucuk dicinta ulam pun tiba.“Tinggallah kalian di sini sebentar. Sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepada kalian atau barangkali aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu" (10), kata nabi Musa kepada keluarganya.

Namun tatkala beliau sampai di tempat itu beliau diseru: "Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).”(12-13)

Apa daya, maksud hati meraih api; untuk melengkapi terompah dan tongkat yang sudah dimiliki, justru beliau diperintah untuk melepas terompah beliau. Setelah terompah dilepas, perintah pun berlanjut: “Benda apa yang ada di tangan kananmu itu wahai Musa!” Musa menjawab dengan mantap, “Ini adalah tongkatku. aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi berbagai keperluan yang lain padanya"(17-18). Nabi Musa tahu betul akan tongkat beliau. Beliau dengan bangga menjelaskan panjang lebar manfaat dan kegunaan tongkat beliau.

“Buanglah tongkat itu wahai Musa!” (19)

Sungguh, betapa terkejutnya nabi Musa. Beliau datang untuk mencari api; akan tetapi diminta untuk melepas terompah, dan kini, tongkat yang belum kering bibir nabi Musa yang dengan bangganya menjelaskan manfaatnya, disuruh pula untuk membuangnya.

Dengan berat hati, nabi Musa membuang tongkatnya. Begitu tongkat dilempar, seketika itu pula ia berubah menjadi ular yang bergerak dengan gesit. Nabi Musa terkejut, takut dan berusaha menjauh darinya. “Tangkaplah ular itu, dan jangan takut; akan Kami kembalikan ke bentuk semula.”(21)

Terompah adalah kedudukan. Ia menjadi alat berpijak. Manusia mana yang tidak memerlukan kedudukan dalam kehidupannya? Ia menjadi sarana penting dalam kehidupan. Kedudukan membuat seseorang mudah mewujudkan keinginannya. Dengan kedudukan ia bisa mengendalikan roda kehidupan diri dan orang orang di sekitarnya.

Api adalah energi. Ia menjadi penggerak roda kehidupan. Dari belantara hutan khatulistiwa hingga belantara kota metropolitan, semua orang membutuhkan energi untuk keberlangsungan hidupnya. Barangsiapa menguasai sumber sumber energi, minyak bumi, misalnya, maka berarti ia menguasai penggerak perekonomian dunia. Ia membawa banyak manfaat.

Tongkat adalah teknologi. Ia menjadi sarana pengolah alam; yang sulit menjadi mudah, yang tandus menjadi subur, yang tersembunyi menjadi tampak. Dengannya manusia berperan sebagai khalifah di bumi ini. Bumi menjadi nyaman untuk ditempati dengan sebab keberadaannya.

Tetapi semua itu, terompah, api dan tongkat, hanyalah sarana semata. Mereka menjadi tidak bermakna ketika dihadapan Allah ta’ala, Yang menguasai segalanya. Maka ketika kita menghadap Allah ta’ala, tidak pantas kita datang dengan membanggakan segala atribut terompah, api dan tongkat yang kita miliki. Sebagaimana Musa diminta melepas terompah dan membuang tongkatnya, kita harus melepas semua itu ketika menghadap Allah. Kita datang dengan jiwa yang bersih.

Dan ketika kita sudah dekat dengan Allah, sudah mampu melepas semua itu, mampu memisahkan jiwa kita dari kebesaran dan kehebatan tongkat, terompah dan api yang selama ini begitu lekat di hati kita, maka Allah bukakan mata hati kita. Allah tunjukkan kepada kita “the dark side” dari semua itu. Sebagaimana nabi Musa ketika ia sudah membuang tongkatnya, maka yang tampak padanya adalah ular: sesuatu yang membahayakan; dan bukan lagi tongkat yang beliau bisa mengambil berbagai macam manfaat darinya.

Setelah disampaikannya “the dark side” dari tongkatnya, nabi Musa diperintah untuk mengambil kembali tongkat beliau. Beliau tidak diperintah untuk membuang selamanya. Kelak, kita tahu bahwa dengan sarana tongkat itulah Allah memenangkan nabi Musa atas para tukang sihir fir’aun. Dengan tongkat itu pulalah nabi musa membuatkan 12 sumber mata air untuk 12 kabilah bani Israil.

Tetapi tongkat tetaplah hanya sebuah tongkat. Ia tidak bisa memberi manfaat maupun mudharat tanpa kehendak dan perkenan Allah ta’ala.Kebesaran Allah telah mengisi seluruh relung hati Nabi Musa. Maka ketika seluruh pengikut nabi Musa dihadapkan pada posisi antara laut merah dan pasukan fir’aun – dua duanya adalah sebab kematian bagi mereka – nabi Musa tidak mengandalkan tongkat beliau (yang sudah terbukti “kesaktiannya”). Beliau tetap mengandalkan Allah; berdoa memohon petunjuk dan pertolongan kepada Allah. Meskipun, lagi – lagi, Allah berikan pertolonganNya dengan perantaraan tongkat tersebut.

Terompah, tongkat dan api: kedudukan, energi dan teknologi; tanpa ketiganya mustahil manusia menjalankan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi dengan sempurna. Seorang Nabi Musa pun memerlukan ketiganya. Tetapi khalifah adalah fungsi eksternal manusia. Secara internal, sejatinya manusia adalah hamba Allah. Hamba Allah yang sejati hanya tunduk kepada Allah. Hanya Allah-lah yang besar di hatinya; bukan tugas kekhalifahan dan bukan pula sarana untuk mencapai kekhalifahan itu. Perhatikanlah firman Allah kepada nabi Musa yang disampaikan diantara perintah melepas terompah dan membuang tongkat berikut ini:
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (14) Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. (15) Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa"(16).

Sebagai khalifah di muka bumi, seperti nabi Musa, kita memerlukan terompah, tongkat dan api. Sebagai hamba Allah yang beriman, hanya Allah sajalah yang seharusnya besar di hati kita. Terompah, tongkat dan api adalah sarana, bukan tujuan. Sebelum menggunakan sarana itu, seperti diperintahkan kepada Nabi Musa, marilah kita membuang kebesaran terompah, api dan atau tongkat yang kita miliki dari hati kita. Jangan beri sedikitpun ruang di hati kita untuk kebesaran mereka di hati kita. Niscaya Allah akan membuka mata hati kita dan senantiasa memenangkan kita, menjadikan kita sebagai khalifah di muka bumi dan menunjukkan kepada kita akan kebesaran dan kekuasaanNya.

Saya memohon ampun kepada Allah atas kemungkinan kesalahan pada tulisan saya di atas.
Wallahu a’lamu bis-showab

PS: Kisah nabi Musa di atas termaktub di dalam Surat Thaa-haa. Umar bin Khtatthab langsung masuk islam ketika mendengar adik perempuannya membaca surat Tha haa ini.

Selasa, November 16, 2010

Penyembelihan Hewan Qurban di Masjid Mujahiddin


Pimpinan Cabang Muhammadiyah Anggana, Kab.Kutai Kartanegara menyembelih seekor sapi atas nama Hj.Martinah; Hj.Lis Sunarti; M.Tsani Rafi; Hj.Rusnani; Hj.Zubaidah; Ibu Juliati; dan Hj.Emiliyah, dari Majlis Tabligh PW Aisyiyah Kalimantan Timur

Sholat Idul Adha 1431 H di Halaman Masjid Mujahiddin







Pimpinan Cabang Muhammadiyah Anggana, ka.Kutai Kartanegara, menyelenggarakan sholat Idul Adha 1431 H pada hari selasa tanggal 16 Nopember 2010 M di Halaman Masjid Mujahiddin Desa Sidomulyo, kec.Anggana, kab.Kutai Kartanegara. Bertindak selaku imam adalah Ustadz Sahmo (Ketua PC Muhammadiyah Anggana) dan Khotib adalah Ustadz Arisdiansyah, ST. dengan judul Manyikapi sebuah Perintah.

Allahu Akbar, Allahu Akbar lailahaillah huwallahu akbar, Allahuakbar Walilaahilhamd

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Pada hari yang mulia ini, 10 Dzulhijah 1431 H seluruh umat Islam di seantero dunia memperingati hari raya Idul Adha atau hari raya qurban. Sehari sebelumnya, 9 Dzulhijah 1429 H, jutaan umat Islam yang menunaikan ibadah haji wukuf di Arafah, berkumpul di Arafah dengan memakai ihram putih sebagai lambang kesetaraan derajat manusia di sisi Allah, tidak ada keistimewaan antar satu bangsa dengan bangsa yang lainnya kecuali takwa kepada Allah.

“ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. QS Al-Hujaraat (49):13
Peringatan hari raya ini tak bisa dilepaskan dari peristiwa bersejarah ribuan tahun silam ketika Nabi Ibrahim as, dengan penuh ketaqwaan, memenuhi perintah Allah untuk menyembelih anak yang dicintai dan disayanginya, Nabi Ismail as. Kisah ini digambarkan Allah di surat
As-Saffaat (37) No. Ayat : : 102
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
37.102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Jawaban dari nabi Ismail Alihi salam "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu” mengandung nilai-nilai tauhid dan menunjukkan kemantapan sebuah aqidah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Hadirin yang dirahmati Allah swt.
Inti hikmah dari peristiwa ini adalah perbuatan nabi Ibrahim dan pernyataan nabi ismail tentang “menaati perintah Allah” itu sederhananya. Kita bisa melihat contoh ekstrim dari Allah untuk menguji ketaatan kepada perintah-NYA sampai pada menyembelih anak sendiri. Tentu itulah ujian seorang nabi, sedangkan kita disini Allah juga memerintahkan kita dengan berbagai perintah dan larangan. Siapakah dari kita yang paling “penurut” itulah yang paling sukses.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Hadirin yang dirahmati Allah swt
Manusia bermacam-macam sikap ketika merespon sebuah perintah. Setidaknya ada 3 respon atau 3 golongan didalam menyikapinya:
1. Golongan yang Menentang
2. Golongan yang Menawar dan mencari alasan
3. Golongan yang Patuh dan taat
Selanjutnya marilah kita mengkaji bersama-sama ketiga golongan tersebut.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Hadirin yang dirahmati Allah swt.
Golongan yang pertama adalah golongan yang menentang:
Allah subhanallahu wataala berfirman:

An-Nisa (4) No. Ayat : : 115
وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءتْ مَصِيراً
4.115. Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.
Didalam ayat ini Allah memberikan gambaran bahwa orang-orang yang menentang perintah Rasul dan memilih jalan lain atau perintah yang lain maka Allah subhanallahu wataala memberikan musibah berupa kelapangan atau kesempatan yang luas sehingga mereka leluasa melaksanakan kesesatan-kesesatan tersebut. Ini adalah sebuah bentuk istidrat hingga akhirnya Allah memasukkan mereka kedalam neraka jahanam.
Perkara yang demikian juga diterangkan di Alquran pada surat:
Al-Hajj (22) No. Ayat : : 51
وَالَّذِينَ سَعَوْا فِي آيَاتِنَا مُعَاجِزِينَ أُوْلَئِكَ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
22.51. Dan orang-orang yang berusaha dengan maksud menentang ayat-ayat Kami dengan melemahkan (kemauan untuk beriman); mereka itu adalah penghuni-penghuni neraka.
Kenyataan ini adalah sebuah kepastian sebagaimana terdapat di Alquran surat:
Al-Mujadilah (58) No. Ayat : : 5
إِنَّ الَّذِينَ يُحَادُّونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ كُبِتُوا كَمَا كُبِتَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَقَدْ أَنزَلْنَا آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ مُّهِينٌ
58.5. Sesungguhnya orang-orang yang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, pasti mendapat kehinaan sebagaimana orang-orang yang sebelum mereka telah mendapat kehinaan. Sesungguhnya Kami telah menurunkan bukti-bukti nyata. Dan bagi orang-orang kafir ada siksa yang menghinakan.
Lebih fatal lagi ketika selain menentang perintah Allah golongan tersebut juga malah melaksanakan sesuatu yang tidak diperintah. Atau dengan kata lain membuat aturan-aturan atau perintah-perintah sendiri sebagaimana Allah menjelaskannya disurat:
Al-Baqarah (2) : 59
فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُواْ قَوْلاً غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ رِجْزاً مِّنَ السَّمَاء بِمَا كَانُواْ يَفْسُقُونَ
2.59. Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu dari langit, karena mereka berbuat fasik.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah mengingatkan kepada kita untuk selalu mengikuti agama islam ini berdasarkan kepada urusan yang telah ditetapkan oleh Allah didalam Alquran dan hadits.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)
Telah jelas bagi kita semua bahwa kita harus mengerjakan amalan-amalan yang diperintah (yaitu menurut AlQuran dan Sunah) bukan amalan-amalan yang tidak ada perintahnya didalam AlQuran dan sunah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Hadirin yang dirahmati Allah swt


Golongan yang kedua adalah golongan yang suka menawar-nawar dan mencari-cari alas an ketika mendapatkan perintah
AlQuran mengisahkan sebuah contoh tentang golongan yang kedua ini. Kisah ini dapat kita ketahui pada surat AlBaqarah ayat 67-71
2.67. Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan ?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil"
2.68. Mereka menjawab: " Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu"
2.69. Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya."
2.70. Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)."
2.71. Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu
Asbabul nuzul ayat ini sebagaimana dijelaskan dikitab ibnu katsir yaitu riwayat dari Ibnu abi hatim adalah ketika ada seorang laki-laki bani Israel yang mandul, sedangkan dia memiliki harta yang banyak dan anak saudaranya merupakan pewarisnya.Maka dia membunuhnya. Pada malam hari, dia membawa mayatnya. Lalu diletakkan di depan pintu salah seorang bani Israel. Ketika pagi hari tiba, maka pihak korban menuduh pemilik rumah dan warganya sehingga mereka pun mengangkat senjata dan saling menyerang. Salah seorang yang berpikiran lebih bijak berkata “ mengapa kalian saling membunuh?padahal kita memiliki rasul. Maka mereka pun menemui Musa dan menceritakan kejadian tesebut. Musa berkata “sesungguhnya Allah menyuruh untuk menyembelih seekor sapi betina”. Kemudian merekapun bertanya-tanya terus dengan tujuan agar tidak jadi menyembelih.
Demikianlah salah satu karakter golongan dimana ketika mendapatkan perintah mereka mencari-cari dalih dengan tujuan agar tidak melaksanakan perintah yang dibebankan kepada mereka
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Hadirin yang dirahmati Allah swt
Golongan yang ketiga adalah golongan yang taat kepada perintah.
Golongan ini memiliki karakter sebagaimana terdapat disurat
Al-Baqarah (2) No. Ayat : : 285 yaitu ketika mereka mendapatkan perintah mereka berkata:
وَقَالُواْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا
Kami dengar dan kami patuh
Inilah sikap ideal yang harus dimiliki oleh setiap muslim, yaitu ketika dating kepadanya perintah dari Allah dan rasulnya (yaitu AlQuran dan hadits)mereka tidak ragu-ragu dan kemudian melaksanakan perintah tersebut dengan penuh ketaatan dan kepatuhan.
Itulah hakekat kita sebagai hamba Allah. Siapakah hamba yang paling sukses? Dia adalah hamba yang paling menurut kepada majikannya. Anda bisa membayangkan ketika kita memiliki seorang pembantu dan kemudian kita memerintahnya untuk menyapu halaman rumah kita, tetapi ternyata dia malah menyapu halaman tetangga kita dan membiarkan halaman rumah kita tetap kotor, apa respon anda??. Atau ketika kita menyuruhnya menyapu halaman rumah kita dan kemudian dia mencari-cari alas an dengan tujuan agar kita menyapu sendiri halman rumah kita. Atau bagaimana juga ketika dia memerintahkan menyapu dan dia berkata akan segera menyapu tetapi ternyata dia tidak juga menyapu??tentu sebagai majikan kita akan merasa kecewa karena kita sudah merasa memberikannya gaji atau bayaran. Bisakah kita bandingkan dengan Allah yang tidak sekedar memberi gaji melainkan memberikan kita berbagai macam nikmat dan karunia. Member kita jantung, paru-paru, darah, otak, membiarkan kita leluasa menghirup oksigen, meminum air, mendapatkan cahaya matahari dan lain-lain.
فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Hadirin yang dirahmati Allah swt
Setiap kita memiliki keinginan maupun kecenderungan masing-masing. Bahkan kalau kita mau jujur sebenarnya kita ingin melakukan apasaja dan memiliki apa saja. Tetapi ternyata Allah memerintahkan kita untuk membatasi keinginan kita atau bahkan melawan keinginan kita. Karena sikap kita itulah Allah memberikan imbalan yang sesuai kepada kita.
Allah berfirman:
An-Nisa (4) : 13
تِلْكَ حُدُودُ اللّهِ وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
4.13. (Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.
An-Nur (24) : 52
وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
24.52. Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Hadirin yang dirahmati Allah swt
Demikianlah khotbah yang dapat kami sampaikan, semoga Allah subhanallahu wataala menganugerahkan kepada kita sikap taat dan patuh kepadanya. Sehingga kita dipandang Allah sebagai sebenar-benarnya hamba Allah.
Menutup khotbah ini marilah kita bersama-sama berdoa dan memohon kepada Allah
رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدِيْنَاوَارْحَمْهُمَا كَمَارَبَّيَانَاصِغَارًا
Ya Allah, ampunilah dosa kami dan dosa kedua orang tua kami, dan sayangilah mereka berdua sebagaimana mereka telah memelihara kami waktu kecil.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى
Ya Allah, Kami memohon petunjuk, ketaqwaan, kesucian (dijauhkan dari hal-hal yang tidak halal/tidak baik)
اللَّهُمَّ يَامُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ،يَامُصَرِّفَ القُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْبَنَا إِلَى طَاعَتِكَ
Ya Allah, yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami pada agama-Mu, Wahai Rabb yang mengarahkan hati, arahkanlah hati kami untuk taat kepada-Mu

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّذِي فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ آخِرَتَنَا الَّتِي إِلَيْهاَ مَعَادُنَاوَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَالْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ
Ya Allah, perbaikilah agamaku yang ia merupakan benteng pelindung bagi urusanku. Dan perbaikilah duniaku yang ia menjadi tempat hidupku. Serta perbaikilah akhiratku yang ia menjadi tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagiku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah kematian sebagai kebebasan bagiku dari segala kejahatan.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpn bagi orang-orang yang bertaqwa”.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisiMU; Sesungguhnya Engkau Maha pemberi (karunia)”.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.”

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَاطَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau melakukan kesalahan. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Ma’afkanlah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong/pelindung kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”

رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari siksa neraka”

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

Kamis, Agustus 19, 2010

Lidwa | Hadits 9 Imam






Belajar hadis dan terjemahannya dari kumpulan 9 kitab hadis dan terjemah bhs Indonesia : shahih Bukhari; shahih Muslim; sunan Abu Daud; sunan Tirmidzi; sunan Nasa'i; sunan Ibnu Majah; musnad Ahmad; muwattha' Malik; sunan Darimi..........

bisa dari internet dan ada versi cd nya untuk di install di laptop atau komputer


klik versi internet : Lidwa | Hadits 9 Imam

klik untuk pesan cd : Lidwa | Hadits 9 Imam

Sabtu, Agustus 14, 2010

ISLAM ADA DI AMERIKA JAUH SEBELUM COLOMBUS





oleh ۩۞۩ - ISLAM TERBUKTI BENAR - ۩۞۩ pada 05 Agustus 2010 jam 17:56

السلام عليكم . بِسْــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم.لا إله إلاَّ الله.محمد رسو ل الله
الحمد لله رب العا لمين. الصلاة و السلام على رسو ل الله.اما بعد

Jika Anda mengunjungi Washington DC, datanglah ke Perpustakaan Kongres (Library of Congress). Lantas, mintalah arsip perjanjian pemerintah Amerika Serikat dengan suku Cherokee, salah satu suku Indian, tahun 1787. Di sana akan ditemukan tanda tangan Kepala Suku Cherokee saat itu, bernama AbdeKhak dan Muhammad Ibnu Abdullah.

Isi perjanjian itu antara lain adalah hak suku Cherokee untuk melangsungkan keberadaannya dalam perdagangan, perkapalan, dan bentuk pemerintahan suku cherokee yang saat itu berdasarkan hukum Islam. Lebih lanjut, akan ditemukan kebiasaan berpakaian suku Cherokee yang menutup aurat sedangkan kaum laki-lakinya memakai turban (surban) dan terusan hingga sebatas lutut.



Cara berpakaian ini dapat ditemukan dalam foto atau lukisan suku cherokee yang diambil gambarnya sebelum tahun 1832. Kepala suku terakhir Cherokee sebelum akhirnya benar-benar punah dari daratan Amerika adalah seorang Muslim bernama Ramadan Ibnu Wati.


Berbicara tentang suku Cherokee, tidak bisa lepas dari Sequoyah. Ia adalah orang asli suku cherokee yang berpendidikan dan menghidupkan kembali Syllabary suku mereka pada 1821. Syllabary adalah semacam aksara. Jika kita sekarang mengenal abjad A sampai Z, maka suku Cherokee memiliki aksara sendiri.

Yang membuatnya sangat luar biasa adalah aksara yang dihidupkan kembali oleh Sequoyah ini mirip sekali dengan aksara Arab. Bahkan, beberapa tulisan masyarakat cherokee abad ke-7 yang ditemukan terpahat pada bebatuan di Nevada sangat mirip dengan kata ”Muhammad” dalam bahasa Arab.


Nama-nama suku Indian dan kepala sukunya yang berasal dari bahasa Arab tidak hanya ditemukan pada suku Cherokee (Shar-kee), tapi juga Anasazi, Apache, Arawak, Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu, dan Zuni. Bahkan, beberapa kepala suku Indian juga mengenakan tutp kepala khas orang Islam. Mereka adalah Kepala Suku Chippewa, Creek, Iowa, Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, Winnebago, dan Yuchi. Hal ini ditunjukkan pada foto-foto tahun 1835 dan 1870.

Secara umum, suku-suku Indian di Amerika juga percaya adanya Tuhan yang menguasai alam semesta. Tuhan itu tidak teraba oleh panca indera. Mereka juga meyakini, tugas utama manusia yang diciptakan Tuhan adalah untuk memuja dan menyembah-Nya. Seperti penuturan seorang Kepala Suku Ohiyesa : ”In the life of the Indian, there was only inevitable duty-the duty of prayer-the daily recognition of the Unseen and the Eternal”. Bukankah Al-Qur’an juga memberitakan bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin semata-mata untuk beribadah pada Allah (*)

Subhanalloh….

Bagaimana bisa Kepala suku Indian Cheeroke itu muslim?

Sejarahnya panjang,

Semangat orang-orang Islam dan Cina saat itu untuk mengenal lebih jauh planet (tentunya saat itu nama planet belum terdengar) tempat tinggalnya selain untuk melebarkan pengaruh, mencari jalur perdagangan baru dan tentu saja memperluas dakwah Islam mendorong beberapa pemberani di antara mereka untuk melintasi area yang masih dianggap gelap dalam peta-peta mereka saat itu.

Beberapa nama tetap begitu kesohor sampai saat ini bahkan hampir semua orang pernah mendengarnya sebut saja Tjeng Ho dan Ibnu Batutta, namun beberapa lagi hampir-hampir tidak terdengar dan hanya tercatat pada buku-buku akademis.



Para ahli geografi dan intelektual dari kalangan muslim yang mencatat perjalanan ke benua Amerika itu adalah Abul-Hassan Ali Ibn Al Hussain Al Masudi (meninggal tahun 957), Al Idrisi (meninggal tahun 1166), Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) dan Ibn Battuta (meninggal tahun 1369).

Menurut catatan ahli sejarah dan ahli geografi muslim Al Masudi (871 – 957), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad seorang navigator muslim dari Cordoba di Andalusia, telah sampai ke benua Amerika pada tahun 889 Masehi. Dalam bukunya, ‘Muruj Adh-dhahab wa Maadin al-Jawhar’ (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels), Al Masudi melaporkan bahwa semasa pemerintahan Khalifah Spanyol Abdullah Ibn Muhammad (888 – 912), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad berlayar dari Delba (Palos) pada tahun 889, menyeberangi Lautan Atlantik, hingga mencapai wilayah yang belum dikenal yang disebutnya Ard Majhoola, dan kemudian kembali dengan membawa berbagai harta yang menakjubkan.

Sesudah itu banyak pelayaran yang dilakukan mengunjungi daratan di seberang Lautan Atlantik, yang gelap dan berkabut itu. Al Masudi juga menulis buku ‘Akhbar Az Zaman’ yang memuat bahan-bahan sejarah dari pengembaraan para pedagang ke Afrika dan Asia.

Dr. Youssef Mroueh juga menulis bahwa selama pemerintahan Khalifah Abdul Rahman III (tahun 929-961) dari dinasti Umayah, tercatat adanya orang-orang Islam dari Afrika yang berlayar juga dari pelabuhan Delba (Palos) di Spanyol ke barat menuju ke lautan lepas yang gelap dan berkabut, Lautan Atlantik. Mereka berhasil kembali dengan membawa barang-barang bernilai yang diperolehnya dari tanah yang asing.

Beliau juga menuliskan menurut catatan ahli sejarah Abu Bakr Ibn Umar Al-Gutiyya bahwa pada masa pemerintahan Khalifah Spanyol, Hisham II (976-1009) seorang navigator dari Granada bernama Ibn Farrukh tercatat meninggalkan pelabuhan Kadesh pada bulan Februari tahun 999 melintasi Lautan Atlantik dan mendarat di Gando (Kepulaun Canary).

Ibn Farrukh berkunjung kepada Raja Guanariga dan kemudian melanjutkan ke barat hingga melihat dua pulau dan menamakannya Capraria dan Pluitana. Ibn Farrukh kembali ke Spanyol pada bulan Mei 999.

Perlayaran melintasi Lautan Atlantik dari Maroko dicatat juga oleh penjelajah laut Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel Al-Mazandarani. Kapalnya berlepas dari Tarfay di Maroko pada zaman Sultan Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286 – 1307) raja keenam dalam dinasti Marinid. Kapalnya mendarat di pulau Green di Laut Karibia pada tahun 1291. Menurut Dr. Morueh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan Islam.

Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat yang beribukota di Timbuktu, ternyata juga melakukan perjalanan sendiri hingga ke benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) memerinci eksplorasi geografi ini dengan seksama. Timbuktu yang kini dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan yang maju di Afrika. Ekpedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu.

Sultan yang tercatat melanglang buana hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285 – 1312), saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312 – 1337), yang telah melakukan dua kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri sungai Mississippi.

Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab. Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri Re’isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I tahun 1517. Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara cukup akurat.

Sequoyah, also known as George Gist Bukti lainnya adalah, Columbus sendiri mengetahui bahwa orang-orang Carib (Karibia) adalah pengikut Nabi Muhammad. Dia faham bahwa orang-orang Islam telah berada di sana terutama orang-orang dari Pantai Barat Afrika. Mereka mendiami Karibia, Amerika Utara dan Selatan. Namun tidak seperti Columbus yang ingin menguasai dan memperbudak rakyat Amerika. Orang-Orang Islam datang untuk berdagang dan bahkan beberapa menikahi orang-orang pribumi.

Lebih lanjut Columbus mengakui pada 21 Oktober 1492 dalam pelayarannya antara Gibara dan Pantai Kuba melihat sebuah masjid (berdiri di atas bukit dengan indahnya menurut sumber tulisan lain). Sampai saat ini sisa-sisa reruntuhan masjid telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.

Dan tahukah anda? 2 orang nahkoda kapal yang dipimpin oleh Columbus kapten kapal Pinta dan Nina adalah orang-orang muslim yaitu dua bersaudara Martin Alonso Pinzon dan Vicente Yanex Pinzon yang masih keluarga dari Sultan Maroko Abuzayan Muhammad III (1362). [THACHER,JOHN BOYD: Christopher Columbus, New York 1950]

Dan mengapa hanya Columbus saja yang sampai saat ini dikenal sebagai penemu benua amerika? Karena saat terjadi pengusiran kaum yahudi dari spanyol sebanyak 300.000 orang yahudi oleh raja Ferdinand yang Kristen, kemudian orang-orang yahudi menggalang dana untuk pelayaran Columbus dan berita ‘penemuan benua Amerika’ dikirim pertama kali oleh Christopher Columbus kepada kawan-kawannya orang Yahudi di Spanyol.

Pelayaran Columbus ini nampaknya haus publikasi dan diperlukan untuk menciptakan legenda sesuai dengan ‘pesan sponsor’ Yahudi sang penyandang dana. Kisah selanjutnya kita tahu bahwa media massa dan publikasi dikuasai oleh orang-orang Yahudi yang bahkan dibenci oleh orang-orang seperti Henry Ford si raja mobil Amerika itu.

Maka tampak ada ketidak-jujuran dalam menuliskan fakta sejarah tentang penemuan benua Amerika. Penyelewengan sejarah oleh orang-orang Yahudi yang terjadi sejak pertama kali mereka bersama-sama orang Eropa menjejakkan kaki ke benua Amerika.

Dan tahukah anda? sebenarnya laksam ana Zheng He atau yang di Indonesia lebih dikenal dengan nama laksamana Cheng Ho adalah penemu benua amerika pertama, sekitar 70 tahun sebelum Columbus.


Sekitar 70 tahun sebelum Columbus menancapkan benderanya di daratan Amerika, Laksamana Zheng He sudah lebih dulu datang ke sana. Para peserta seminar yang diselenggarakan oleh Royal Geographical Society di London beberapa waktu lalu dibuat terperangah. Adalah seorang ahli kapal selam dan sejarawan bernama Gavin Menzies dengan paparannya dan lantas mendapat perhatian besar.

Tampil penuh percaya diri, Menzies menjelaskan teorinya tentang pelayaran terkenal dari pelaut mahsyur asal Cina, Laksamana Zheng He (kita mengenalnya dengan Ceng Ho-red). Bersama bukti-bukti yang ditemukan dari catatan sejarah, dia lantas berkesimpulan bahwa pelaut serta navigator ulung dari masa dinasti Ming itu adalah penemu awal benua Amerika, dan bukannya Columbus.




Bahkan menurutnya, Zheng He ‘mengalahkan’ Columbus dengan rentang waktu sekitar 70 tahun. Apa yang dikemukakan Menzies tentu membuat kehebohan lantaran masyarakat dunia selama ini mengetahui bahwa Columbus-lah si penemu benua Amerika pada sekitar abad ke-15. Pernyataan Menzies ini dikuatkan dengan sejumlah bukti sejarah.

Adalah sebuah peta buatan masa sebelum Columbus memulai ekspedisinya lengkap dengan gambar benua Amerika serta sebuah peta astronomi milik Zheng He yang dosodorkannya sebagai barang bukti itu. Menzies menjadi sangat yakin setelah meneliti akurasi benda-benda bersejarah itu.

Cherokee syllabary”Laksana inilah yang semestinya dianugerahi gelar sebagai penemu pertama benua Amerika,” ujarnya. Menzies melakukan kajian selama lebih dari 14 tahun. Ini termasuk penelitian peta-peta kuno, bukti artefak dan juga pengembangan dari teknologi astronomi modern seperti melalui program software Starry Night.

Dari bukti-bukti kunci yang bisa mengubah alur sejarah ini, Menzies mengatakan bahwa sebagian besar peta maupun tulisan navigasi Cina kuno bersumber pada masa pelayaran Laksamana Zheng He. Penjelajahannya hingga mencapai benua Amerika mengambil waktu antara tahun 1421 dan 1423. Sebelumnya armada kapal Zheng He berlayar menyusuri jalur selatan melewati Afrika dan sampai ke Amerika Selatan.

Uraian astronomi pelayaran Zheng He kira-kira menyebut, pada larut malam saat terlihat bintang selatan sekitar tanggal 18 Maret 1421, lokasi berada di ujung selatan Amerika Selatan. Hal tersebut kemudian direkonstruksi ulang menggunakan software Starry Night dengan membandingkan peta pelayaran Zheng He.

“Saya memprogram Starry Night hingga masa di tahun 1421 serta bagian dunia yang diperkirakan pernah dilayari ekspedisi tersebut,” ungkap Menzies yang juga ahli navigasi dan mantan komandan kapal selam angkatan laut Inggris ini. Dari sini, dia akhirnya menemukan dua lokasi berbeda dari pelayaran ini berkat catatan astronomi (bintang) ekspedisi Zheng He.

Lantas terjadi pergerakan pada bintang-bintang ini, sesuai perputaran serta orientasi bumi di angkasa. Akibat perputaran bumi yang kurang sempurna membuat sumbu bumi seolah mengukir lingkaran di angkasa setiap 26 ribu tahun. Fenomena ini, yang disebut presisi, berarti tiap titik kutub membidik bintang berbeda selama waktu berjalan. Menzies menggunakan software untuk merekonstruksi posisi bintang-bintang seperti pada masa tahun 1421.

“Kita sudah memiliki peta bintang Cina kuno namun masih membutuhkan penanggalan petanya,” kata Menzies. Saat sedang bingung memikirkan masalah ini, tiba-tiba ditemukanlah pemecahannya. “Dengan kemujuran luar biasa, salah satu dari tujuan yang mereka lalui, yakni antara Sumatra dan Dondra Head, Srilanka, mengarah ke barat.”

Bagian dari pelayaran tersebut rupanya sangat dekat dengan garis katulistiwa di Samudera Hindia. Adapun Polaris, sang bintang utara, dan bintang selatan Canopus, yang dekat dengan lintang kutub selatan, tercantum dalam peta. “Dari situ, kita berhasil menentukan arah dan letak Polaris. Sehingga selanjutnya kita bisa memastikan masa dari peta itu yakni tahun 1421, plus dan minus 30 tahun.”

Sequoyah Atas temuan tersebut, Phillip Sadler, pakar navigasi dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, mengatakan perkiraan dengan menggunakan peta kuno berdasarkan posisi bintang amatlah dimungkinkan. Dia juga sepakat bahwa estimasi waktu 30 tahun, seperti dalam pandangan Menzies, juga masuk akal.

Selama ini, masyarakat dunia mengetahui kiprah Zheng He sebagai penjelajah ulung. Dia terlahir di Kunyang, kota yang berada di sebelah barat daya Propinsi Yunan, pada tahun 1371. Keluarganya yang bernama Ma, adalah bagian dari warga minoritas Semur. Mereka berasal dari kawasan Asia Tengah serta menganut agama Islam.

Ayah dan kakek Zheng He diketahui pernah mengadakan perjalanan haji ke Tanah Suci Makkah. Sementara Zheng He sendiri tumbuh besar dengan banyak mengadakan perjalanan ke sejumlah wilayah. Ia adalah Muslim yang taat.

Yunan adalah salah satu wilayah terakhir pertahanan bangsa Mongol, yang sudah ada jauh sebelum masa dinasti Ming. Pada saat pasukan Ming menguasai Yunan tahun 1382, Zheng He turut ditawan dan dibawa ke Nanjing. Ketika itu dia masih berusia 11 tahun.

Zheng He pun dijadikan sebagai pelayan putra mahkota yang nantinya menjadi kaisar bernama Yong Le. Nah kaisar inilah yang memberi nama Zheng He hingga akhirnya dia menjadi salah satu panglima laut paling termashyur di dunia.

Subhanallah...
1 lagi bukti...
Dari ilmiah.... Islam TERBUKTI Benar...
Dari nalar.... Islam TERBUKTI Benar...
Dari Sejarah.... Islam TERBUKTI Benar...
Dari Kitab agama lain pun.... Islam TERBUKTI Benar...

Qs.3 Ali Imran:85. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

Jumat, Agustus 06, 2010

Muhammadiyah: 11 Agustus Mulai Puasa Ramadhan


Jumat, 30 Juli 2010 | 20:27 WITA
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Muhammad Yamin

SAMARINDA , tribunkaltim.co.id - Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan Puasa Ramadhan dimulai pada tanggal 11 Agustus 2010. Hal ini sesuai dengan maklumat yang dikeluarkan dengan nomor 05/MLM/I.E/2010 yang ditandatangani Ketua Umum Din Syamsuddin dan Sekretaris Umum Agung Danarta tertanggal 16 Juli 2010.

Penetapan awal bulan Hiriyah, Muhammadiyah berpegangan pada metode hisab atau penghitungan. Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kaltim, Ir Amir Hady menjelaskan pedoman yang dipegang Muhammadiyah dalam penentuan awal bulan adalah Hisab Hakiki wujudul Hilal.

“Ijtimak atau konjungsi terjadi pada tanggal 10 Agustus 2010 bertepatan dengan 29 Syaban pada pukul 10.09.17. Saat matahari terbenam di Yogyakarta , hilal berada di atas ufuk dengan ketinggian dua derajat. Itu artinya sudah masuk bulan baru dan keesokan harinya sudah Ramadhan,” terang Amir, Jumat (30/7/2010)

Sementara itu, lanjut Amir, Muhammadiyah juga sudah menentukan 1 Syawal 1431 Hijriyah yakni jatuh pada tanggal 10 September 2010.

Dengan metode yang sama, ijtimak menjelang Syawal 1431 Hijriah terjadi pada 8 September 2010 pukul 17.31.01 WIB. Saat matahari terbenam di Yogyakarta hilal belum wujud. Di seluruh wilayah Indonesia , hilal juga masih di bawah ufuk."Berdasarkan hasil hisab tersebut, PP Muhammadiyah mengumumkan bahwa 1 Syawal 1431 H jatuh pada Jumat, 10 September 2010 M," ujar Amir.

Menjelang memasuki Ramadhan, ia mengimbau warga Muhammadiyah tetap menjaga niat dan kemurnian ibadah puasa dan ibadah lainnya sesuai ajaran Islam. Himbauan yang juga masuk dalam maklumat tersebut, diharapkan Ramadhan bisa dijadikan sarana transformasi diri dari keadaan yang serba negatif menuju hal-hal positif. Sementara itu.“Mudah-mudahan Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini tidak ada perbedaan sehingga bisa dilaksanakan secara bersamaan,” kata Amir. (*)

Bagi yg tinggal di kec.anggana dan sekitarnya yg memerlukan Jadwal Imsak Ramadhan 1431 H, silahkan unduh di http://www.ziddu.com/download/11015550/jadwalimsakanggana14312010.pdf.html

33 kota di Indonesia, silahkan unduh di http://www.ziddu.com/download/11015591/Imsakiah_1431H.pdf.html

Samarinda http://www.ziddu.com/download/11015828/imsakiyah1431samarinda.pdf.html

Selasa, Agustus 03, 2010

KH. A DAHLAN, WONG AGUNG DENGAN MAKAM SEDERHANA




Keletakan

Makam Kyai Haji Ahmad Dahlan terletak di RT 41 RW 11, Kampung Karangkajen, Brontokusuman, Mergangsan, Yogyakarta. Lokasi makam ini berada di belakang Masjid Jami Karangkajen. Keduanya berada di tengah pemukiman penduduk yang padat. Lokasi ini dapat dijangkau melalui Jl. Karangkajen (jika pengunjung menggunakan jalur sisi timur). Jika menggunakan jalur sisi barat pengunjung bisa menjangkaunya melalui Jl. Parangtritis. Tepatnya di sisi selatan Hotel Matahari terdapat gang kecil ke timur. Pengunjung tinggal mengikuti gang ini dan melihat papan petunjuk lokasi makam atau lokasi Masjid Jami Karangkajen. Jika diukur dari Jl. Parangtritis, maka jarak antara makam KHA. Dahlan dan Jl. Parangtritis kurang lebih 1 kilometer.

Kondisi Fisik Makam

Nisan dari KH. Ahmad Dahlan dibuat dengan sederhana. Nisannya hanya berupa pasangan batu bata yang direkatkan dengan semen sambung-menyambung sehingga membentuk bangun persegi panjang. Nisan ini pada bagian tengahnya dibiarkan kosong dan dihias dengan taburan batu kerikil. Jirat dari makam KH. Dahlan hanya satu, yakni di bagian kepala (utara). Jirat ini bertuliskan namanya.

Nisan dari KH. Ahmad Dahlan diletakkan berdampingan dengan nisan kerabat dan keturunannya. Secara keseluruhan kompleks makam di Karangkajen ini kelihatan panas karena minimnya pohon peneduh di dalam makam. Hal ini mungkin memang disengaja karena tumbuhnya banyak pepohonan di areal makam akan menyita bidang-bidang tanah yang bisa digunakan untuk lokasi kuburan.

Luas makam di Karangkajen ini sekitar 2.000 meter persegi. Jika keluasannya dihitung dengan kompleks Masjid Jami Karangkajen, maka keluasannya sekitar 3.000 meter persegi. Demikian menurut penjelasan jurukunci makam setempat yang bernama Mas Bekel Surakso Nurhadi alias Muhammad Nurhadi (55). Kompleks Makam Karangkajen ini diberi pengaman berupa tembok keliling bercat putih yang keberadaannya menyambung (menjadi satu dengan dinding Masjid Jami Karangkajen). Pintu gerbang makam terletak di sisi timur (samping masjid) dan sisi utara (menghadap gang kampung).

Pada kompleks makam Karangkajen ii selain terdapat makam KH. Ahmad Dahlan juga terdapat makam Prof. Fatchurrochman yang dulu pernah menjadi Menteri Agama RI, makam Ir. HM. Baried Ishom seorang tokoh pendiri PKU Muhammadiyah, dan makam KH. Muchtar yang pernah menjabat sebagai Ketua Pengadilan Agama I di Yogyakarta.

Latar Belakang

Kyai Haji Ahmad Dahlan bukan merupakan nama asing bagi bangsa Indonesia bahkan dunia. Bahkan istrinya pun, yakni Nyai Haji Ahmad Dahlan tidak kalah populernya dengan KHA. Dahlan. Melalui buah pikiran dan kiprahnya lahirlah organisasi bernafaskan keagamaan, Muhammadiyah dan PP Aisyiah. Dua organisasi Islam ini telah memberikan sumbangsih yang sangat besar bagi kemajuan di berbagai bidang. Tidak saja dalam bidang keagamaan atau spiritual, namun juga bidang-bidang sosial, politik, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

Jasa-jasanya yang besar terhadap kemajuan agama Islam dan pembangunan bangsa Indonesia pada umumnya menyebabkan KHA. Dahlan maupun Nyai Haji Ahmad Dahlan dianugerahi gelar pahlawan nasional. Namanya dikenang abadi tidak saja oleh warga Muhammadiyah, namun juga oleh seluruh bangsa. Ada begitu banyak nama jalan di seantero Indonesia ini yang menggunakan nama KHA. Dahlan dan Nyai Haji Ahmad Dahlan.

KHA. Dahlan memiliki nama kecil Mohammad Darwis. Semasa kanak-kanak dan remaja ia dikenal sebagai sosok yang terampil membuat aneka macam kerajinan dan permainan. Hobinya adalah bermain layang-layang dan gasing. Ia belajar agama (fiqh) pada Kyai Haji Muhamad Saleh. Sedangkan pada Kyai haji Muhsin ia belajar nahwu. Selain itu ia juga banyak belajar kepada Kyai Haji Abdul Hamid dan Kyai Haji Muhammad Nur.

KHA. Dahlan dikenal sebagai orang gemar membaca dan mencari ilmu. Sebelum naik haji ia banyak membaca kitab-kitab Ahlussunah wal jamaah dalam ilmu alqaid dari mashab Syafii dalam ilmu fiqh, dan ilmu-ilmu tasawuf dari Imam Ghazali. Pada saat naik haji pertama kali ke Mekkah tahun 1888, KHA. Dahlan juga banyak belajar pada para ulama.

Untuk ilmu hadits ia belajar kepada Kyai Mahfudh Termas dan Syekh Khayat, belajar ilmu qiraah kepada Syekh Amien dan Sayid Bakri Syatha, belajar ilmu falaq pada K.H. Dahlan Semarang, Ia juga pernah belajar pada Syekh Hasan tentang cara-cara atau mengobati racun binatang. Selain dengan guru-guru di atas, selama delapan bulan di tanah suci, ia sempat bersosialisasi dengan Syekh Akhmad Khatib dan Syekh Jamil Jambek dari Minangkabau, Kyai Najrowi dari Banyumas, Kyai Nawawi dari Banten, para ulama dari Arab, serta pemikiran baru yang ia pelajari selama mukim di di Mekkah.

Tanggal 18 November 1912 ia mendirikan organisasi Islam, Muhammadiyah. Melalui organisasi ini ia ingin mengubah cara berpikir, bertindak, berperilaku, beramal, dan berdoa menurut agama Islam. Ia ingin mengajak umat Islam kembali kepada Al Qur’an dan Al Hadis. Sejak awal pendirian organisasi ini KHA. Dahlan telah menyatakan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik namun organisasi yang bersifat sosial dan bergerak pada bidang pendidikan.

Apa yang dilakukan oleh KHA. Dahlan ini bukannya tidak mendapatkan penolakan, penentangan, fitnah, dan sebagainya. Bahkan resistensi itu juga muncul di dari kerabat-kerabatnya sendiri. Ia dituduh akan mendirikan agama baru yang bertentangan dengan Islam. Ia juga dituduh sebagai kyai palsu karena gagasan atau cara berpikirnya meniru bangsa Barat (Belanda). Bahkan ia juga dituduh meniru-niru cara hidup orang Kristen. Tidak aneh jika di masa itu ia menjadi sasaran kebencian dari banyak orang, khususnya yang tidak atau belum bisa memahami jalan pemikirannya. Sekalipun demikian banyak orang menentang buah pikirannya, KHA. Dahlan tidak menyerah. Ia menghadapi semuanya itu dengan sabar dan tabah.

Tanggal 20 Desember 1912 KHA. Dahlan mengajukan ijin pada pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum bagi organisasi Muhammadiyah yang baru saja dibentuknya. Pemerintah kolonial Hindia Belanda waktu itu memiliki kekhawatiran terhadap organisasi yang didirikan KHA. Dahlan ini. Dengan berbagai pertimbangan ijin atau badan hukum untuk organisasi Muhammadiyah ini keluar juga selang dua tahun kemudian, yakni pada tanggal 22 Agustus 1914, dengan nomor SK 18.

Atas jasa-jasanya dalam membangkitkan kesadaran bangsa melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkan KHA. Dahlan sebagai Pahlawan Nasional. Penetapan ini dituangkan dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961.

a. sartono
http://www.tembi.org/situs/20100722.htm

Selasa, Juli 27, 2010

Ketika Sang Muballigh sakit


Suatu hari di sebuah pengajian ibu-ibu, sang Muballigh pamit tidak bisa hadir. Dia tidak memberitahu alasannya. Dia sakit dan dirawat di rumah sakit.

Ibu-ibu ternyata mencium sesuatu dan mencari tahu kenapa sang guru tidak hadir di pengajian. Ketemulah jawabannya bahwa sang muballigh lagi sakit. Dia menjalani operasi di rumah sakit.

Biasalah, kehidupan seorang muballigh itu sederhana dan bersahaja. Demikian pula muballigh yang satu ini. Dia memang muballigh yang bisa dibilang sangat sederhana dan sangat ikhlas.

Para ibu kemudian berniat untuk membantu sang guru yang lagi sakit. Mereka bersepakat untuk mengumpulkan uang guna meringankan biaya di rumah sakit bagi sang muballigh.

Uang terkumpul lumayan banyak.

Para ibu kemudian menjalankan sunnah Nabi saw dengan menjenguk “saudaranya” yang sakit. Di rumah sakit, para ibu dengan sedikit basa basi kemudian mengatakan:

Bapak, kami datang ke sini untuk memberikan amanat para ibu yakni menyerahkan sumbangan untuk kepentingan meringankan biaya bapak di rumah sakit.

Tentu saja sang muballigh berterima kasih dan merasa bersyukur karena dibantu.

Singkat cerita, sembuhlah sang muballigh.

Tidak berapa lama kemudian, sang muballigh mengundang para ibu ke rumahnya (rumah tempat tinggal yang bukan milik sang muballigh). Para ibu senang mendengar Bapak guru sudah sembuh. Datanglah mereka ke rumah sang muballigh.

Sang Muballigh mengucapkan terima kasih kepada para ibu yang telah membantu biaya selama dirinya dirawat di rumah sakit. Dan alhamdulillah, sekarang dirinya sudah sembuh. Di bagian akhir dari sambutan sang muballigh, ada sesuatu yang mengejutkan. Sang muballigh menyerahkan sebuah amplop yang agak besar.

Tentu saja para ibu kaget. Apa isi amplop itu? Sang muballigh mempersilahkan para ibu untuk membukanya. Ketika dibuka, ibu-ibu lebih kaget lagi. Isinya adalah uang!

Para ibu bertanya-tanya, ada apa dengan uang itu. Kenapa sang muballigh memberi mereka uang. Bapak muballigh itu kemudian menjelaskan bahwa uang itu adalah uang kelebihan dari sumbangan ibu-ibu untuk berobat di rumah sakit. Uang sumbangan dari ibu-ibu itu lebih dari cukup untuk berobat. Karena akad (kata-kata para ibu) waktu menyerahkan sumbangan adalah untuk biaya berobat dan ternyata masih ada kelebihan maka kelebihan itu dikembalikan.

Itulah kisah seorang Muballigh yang saya beruntung pernah belajar kepada beliau waktu di Mu’allimin tahun 1972/1973. Beliau adalah Bapak AR Fakhruddin, mantan ketua PP. Muhammadiyah. Rumah tinggal Pak AR sekarang menjadi Kator PP. Muhammadiyah yang baru di jl. Cik Di Tiro (dekat kampus UGM)


M.Yusron Asrofi
Catatan: Karena cerita ini sudah lama saya dengar maka detil cerita mungkin ada kekeliruan. Karena itu saya istighfar kepada Allah. Semoga kalau saya keliru, Allah mengampuni saya. Isi cerita sudah saya konfirmasi dengan Pak Sukri AR, meskipun saya mendengarnya dari orang lain.

Senin, Juli 19, 2010

Pimpinan Pusat Muhammadiyah memutuskan bahwa awal Ramadhan 1431 Hijriyah, jatuh pada Rabu, 11 Agustus 2010.


REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Pimpinan Pusat Muhammadiyah memutuskan bahwa awal Ramadhan 1431 Hijriyah, jatuh pada Rabu, 11 Agustus 2010. Keputusan PP Muhammadiyah itu didasarkan atas hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dilakukan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Melalui maklumat nomor 05/MLM/I.0/E/2010 yang ditandatangani Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin dan Sekretaris Umum Agung Danarto tertanggal 16 Juli 2010, disebutkan bahwa ijtimak menjelang Ramadhan 1431 H terjadi pada hari Selasa 10 Agustus 2010 M pukul 10:09:17 WIB. Tinggi hilal pada saat Matahari terbenam di Yogyakarta (= -07 48 dan = 110 21 BT) = +02 30 03 (hilal sudah wujud) dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam hilal sudah di atas ufuk.

"Berdasarkan hasil hisab tersebut maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengumumkan bahwa 1 Ramadhan 1431 H jatuh pada hari Rabu, 11 Agustus 2010 M," terang Din Syamsudin dalam maklumat yang dikirim melalui email ke Republika, Senin (19/7).

Dalam maklumat itu juga disebutkan bahwa, ijtimak menjelang Syawal 1431 H terjadi pada hari Rabu, 08 September 2010 M pukul 17:31:01 WIB. Saat itu tinggi hilal pada saat Matahari terbenam di Yogyakarta (= -07 48 dan = 110 21 BT) = ¬–02 08 16 (hilal belum wujud) dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam hilal masih di bawah ufuk. Berdasarkan hasil hisab tersebut maka PP Muhammadiyah mengumumkan bahwa 1 Syawal 1431 H jatuh pada hari Jumat, 10 September 2010 M.

Sedangkan, ijtimak menjelang Dzulhijah 1431 H terjadi pada hari Sabtu, 06 November 2010 M pukul 11:53:04 WIB.Tinggi hilal pada saat matahari terbenam di Yogyakarta (= -07 48 dan = 110 21 BT) = +01 34 23 (hilal sudah wujud) dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam hilal sudah di atas ufuk.

Karenanya, dari hasil hisab tersebut maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengumumkan bahwa: 1 Dzulhijjah 1431 H jatuh pada hari Ahad, 07 November 2010 M, hari Arafah (9 Dzulhijjah 1431 H) jatuh pada hari Senin, 15 November 2010 M dan Idul Adha (10 Dzulhijjah 1431 H) jatuh pada hari Selasa, 16 November 2010 M.

"Terkait memasuki bulan Ramadhan sendiri, kita mengimbau agar warga Muhammadiyah tetap menjaga niat dan kemurnian ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya sesuai dengan ajaran Islam yang menjadi pegangan Muhammadiyah dengan semangat menjadikan Ramadhan 1431 H ini sebagai metamorfosis kehidupan dan proses transformasi diri dari keadaan yang serba negatif kepada keadaan yang serba positif," tambah Din.

Selain itu PP juga mengimbau kepada warga Muhammadiyah khususnya dan segenap bangsa, diharapkan dapat memaknai Ramadhan dan peringatan kemerdekaan RI dengan pendekatan dan aksi-aksi sosial yang hidup. Pasalnya peringatan kemerdekaan RI ke-65 bertepatan dnegan ramadhan.

"Ramadhan dan peringatan kemerdekaan bangsa harus dekat dengan manusia dan kemanusiaan, terutama yang selama ini tertindas dan terkungkung oleh sejarah. Karena agama dan negara hadir untuk membebaskan manusia sebagai manusia seutuhnya dari belenggu-belenggu kehidupan. Inilah makna kemerdekaan sejati dan makna dari dimensi horizontal dan vertikal manusia beragama," jelas Agung Danarto. Yulianingsih
Red: Krisman Purwoko

http://www.republika.co.id/dunia-islam/islam-nusantara/10/07/19/125406-pp-muhammadiyah-awal-ramadhan-11-agustus-syawal-10-september

Kamis, Juni 10, 2010

JELANG 3 TAHUN TK ABA 2 HANDIL TERUSAN


suasana kelas TK ABA 2 Handil Terusan



Lokasi Tanah Pembangunan Gedung TK ABA 2 Handilo Terusan



TK Aisyiyah Bustanul Athfal 2 Handil Terusan didirikian pada tahun 2008, proses KBM dengan meminjam bangunan TK/TPA di Dusun Handil C. Pada tahun pertama dan kedua dengan mengumpulkan hasil wakaf, infaq dan sadaqah warga dan simpatisan Muhammadiyah telah terkumpul dana untuk membeli sebidang tanah dengan ukuran 20 m x 50 m seharga Rp.10.000.000,00. Pada tahun ketiga ini kami bermaksud untuk memulai pembangunan gedung dua lokal, tapi masih menghadapi kendala keterbatasan dana, dimana saldo kumpulan wakaf, infaq dan sadaqah kami hanya tujuh jutaan saja. Untuk itulah dengan segala kerendahan hati kami mengetuk Bapak/Ibu dan Saudara sekalian untuk berkenan memberikan wakaf, infaq dan sadaqah nya kepada kami selaku pengelola pendidikan pra sekolah ini, sebagai amal jariyah dari Bapak/Ibu dan saudara-saudara sekalian.

Dana bisa ditransfer ke :
1. Bankaltim no.rekening : 1112035474 an. TK ABA 2 Handil Terusan
2. BANK BRI NO. REKENING : 4565.01.003179.53.3 AN. PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH ANGGANA

progress pembangunan madrasah diniyah muhammadiyah sidomulyo kec.anggana






MASIH MENGHARAPKAN BANTUAN BERUPA WAKAF, INFAQ DAN SADAQAH DARI KAUM MUSLIMIN DAN MUSLIMAT DIMANA SAJA BERADA, DANA BISA DI TRANSFER KE REKENING :
1. BANKALTIM NO. REKENING : 1112033820 AN. MADIN MUHAMMADIYAH SIDOMULYO
2. BANK BRI NO. REKENING : 4565.01.003179.53.3 AN. PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH ANGGANA

Sabtu, Mei 15, 2010

Tauhid di Hati Lelaki Buta dan Patah Hidungnya

Tarbawi Edisi 2l3, 22 Oktober 2009
Tauhid di Hati Lelaki Buta dan Patah Hidungnya
Oleh: Ustd. Ahmad Zairofi AM

Usianya sudah tua. Matanya buta. Wajahnya rusak. Hidungnya patah. Di
majelis Khalifah Walid bin Abdul Malik di Damaskus, hari itu, ia hadir
untuk sebuah pesan: kesadaran bertauhid, bahwa Allah benar-benar Maha
Kuasa.
Di sudut lain ada sosok terhormat. Keponakan Rasuulullah, Urwah bin
Zubair. Ibunya adalah Asma' binti Abu Bakar, saudari Aisyah binti Abu
Bakar. Dalam keadaan berkaki satu, hari itu, ia juga menghadirkan sebuah
pesan: kesadaran bertauhid, bahwa Allah benar-benar Maha Kuasa.

Dalam perjalanannya menghadap khalifah dari Madinah ke Syria, Urwah
terkena penyakit parah pada kakinya. Tak ada jalan lain kecuali harus
diiamputasi. Begitu tersadar setelah pingsan karena dipotong kakinya, ia
harus menerima kabar lain, satu dari ketujuh anaknya meninggal. Ketika
Khalifah memberikan ucapan belasungkawa, Urwah menjaawab, "Aku diberi
tujuh anak, diambil satu. Aku diberi dua kaki dan dua tangan, diambil
satu. Sungguh, bila Allah menguji, betapa ia dalam waktu yang lama telah
memberi kenyamanan. Bila ia mengambil, betapa dalam waktu yang lama ia
telah memberi. Aku berrharap, bisa berkumpul di surga kelak dengan
apa-apa yang telah Allah ambil."

Sepertinya Urwah ingin menjelaskan keyakinan hatinya, bahwa apa yang
disisakan oleh Allah, jauh lebih banyak dari apa yang Ia ambil. Anaknya
meninggal satu, masih ada enam. Bahwa kelapangan yang diberikan oleh
Allah, jauh lebih luas dari kesempitan yang Ia ujikan. Ia masih punya
dua tangan dan satu kaki.

Hari itu, dua orang yang shalih, yang sama-sama menyandang cobaan tidak
ringan, duduk dalam satu majelis, untuk sebuah pesan: kesadaran
bertauhid, bahwa Allah sungguh-sungguh berkuasa atas segala hamba-Nya.
Tetapi bersama kuasa-Nya juga ada kasih sayang-Nya.

"Apa yang membuat keadaan engkau seperti ini?" Tanya Urwah kepada lelaki
tua yang buta, yang rusak wajahnya, dan patah hidungnya itu.

"Dulu aku tinggal di suatu kampung. Tidak ada di kampung itu orang yang
kaya kecuali aku. Tidak ada yang lebih banyak hartanya, kekayaan
halalnya, juga keluarganya yang melebihi diriku. Lalu datanglah banjir
di malam hari. Sekejap banjir itu melenyapkan keluargaku. Hingga pagi
matahari terbit, aku tidak lagi memiliki apa-apa kecuali anakku yang
masih kecil dan seekor unta. Tiba-tiba unta itu lari dan aku ingin
sekali menangkapnya. Belum jauh aku mengejar, anakku yang masih kecil
terdengar menangis keras. Aku membalik. Temyata anak itu sudah
dicabik-cabik oleh serigala. Aku tidak bisa menyelamatkan anakku. Ia
tewas. Maka aku lari mengejar untaku. Tiba-tiba ia menyepak wajahku,
melukai wajahku, mematahkan hidungku, dan membuatku buta."

Urwah bertanya, "Bagaimana perasaan engkau saat itu?"

"Aku hanya mengatakan, Ya Allah segala puji hanya milik- Mu, Engkau
masih menyisakan untukku hati yang subur dan lisan yang banyak
berdzikir," jawab lelaki itu.

Lelaki tua berhati subur itu, adalah cermin bagi Urwah bin Zubair. Tapi
Urwah bin Zubair juga cermin bagi lelaki itu. Hidup pada akhimya
hannyalah pandang memandang, pantul memantul, untuk kita saling
bercermin. Pada semua potret yang terpampang dalam layar hidup tempat
kita saling mengaca itu, ada pasang surut kesadaran Utama kita:
kesadaran bertauhid.

Kesadaran bertauhid merupakan puncak dari seluruh pengakuan kita akan
siapa diri kita. Bahwa Allah saja Yang Maha Kuasa. Yang membuat kita
ada. Memberi kita nafas, memberi kita hidup, tapi tidak benar-benar
memberi kita kuasa sepenuhnya. Bahkan tubuh yang kita gunakan untuk
menikmati, bukan milik kita sendiri. Kita memakai tapi tak pernah bisa
menguasai. Dalam maknanya yang benar tentang semua itu, kita kemudian
bisa merasakan di dasar hati yang paling dalam, bahwa pada akhirnya,
kita hanyalah manusia.

Ini yang disebut dengan hidup yang berpusar dan berpusat pada Allah.
Kita memusarkan segala sikap dan tindakan kita ke sana. Ke dalam
kesadaran akan kuasa Allah. Dengan segala sifat dan asma-Nya yang Mulia.

Enam detik gempa di Padang adalah derita panjang. Saat itu dan sesudah
itu. Ratusan orang hilang belum ditemukan. Tertimbun tanah dan
reruntuhan bangunan. Enam detik dalam kua Allah bisa mengubah banyak
hal. Meluluhlantakan kota Padang dan sekitarnya. Tetapi enam detik jauh
lebih lama dari waktu yang dipakai Allah untuk berkata 'Kun" (jadilah).
Maka menyadari betapa Allah Maha Kuasa adalah keniscayaan yang harus
terus menerus kita perbaharui.

Kesadaran bertauhid punya ujiannya yang banyak. Yang paling sering
adalah kelalaian dan kelengahan. Kita bukannya tidak tahu, tapi kita
sering lalai, untuk terus dan terus berada dalam kesadaran penuh, betapa
Allah Maha Kuasa. Kesadaran bertauhid harus kita peroleh dari dua mata
air. Pertama dari penjelasan dalil yang mengajarkan kepada kita
makna-makna eksistensi ketuhanan Allah dan segala konsekuensinya. Mata
air pertama ini merupakan pembimbing utama. Sebab kita memerlukan wahyu
sebagai petunjuk jalan yang benar. Dengan bimbingan wahyu kita tahu
bagaimana beriman kepada Allah. Bersandar, memohon, berharap dengan
penuh, meminta dengan jujur kepada-Nya.

Melalui ayat Al-Qur'an kita menyadari, bahwa semua yang ada di alam
semesta ini ada dalam kuasa-Nya. Allah berfirman, "Dan Dialah yang
meneciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di
waktu Dia mengaatakan: 'Jadilah, lalu terjadilah', dan di tangan-Nyalah
segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib
dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui."

Mata air kedua adalah penghayatan atas realitas. Dalam bahasa lain
disebut dengan ayat kauni. Mata air kedua ini kita peroleh dengan
banyak-banyak merenungkan, memikirkan, dan menghayati tanda-tanda
kehidupan yang ada di alam semesta ini. Seperti penjelasan Allah, "Kami
akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di
segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka
bahwa Al Qyr'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi
kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?"

Seringkali kita lemah dalam menimba dua mata air itu. Jarangnya kita
membaca AI-Qur'an mungkin sama dengan jarangnya kita menghayati ayat
kauniyah . Padahal, di dalam ayat AI-Qur'an Allah berfirman menjelaskan
kuasa-Nya, dan di ranah kauniyah Allah membuktikan kuasa-Nya.

Cara kita memperolah kesadaran berrtauhid juga punya dua jalan. Pertama
kesadaran kumulatif. Kedua, kesadaran reaktif. Kesadaran kumulatif
adalah kesadaran yang kita tambahkan ke dalam diri kita hari demi hari,
saat demi saat, dengan peristiwa-peristiwa kecil yang kita jalani
sehari-hari. Setiap kali kita memasuki hari baru, misalnya, dengan penuh
jernih hati kita menambahkan rasa syukur kita kepada Allah. Bahwa masih
ada hidup yang terberikan. Dalam sesuap nasi yang kita santap, atau
seteguk air yang membasahi keronggkongan, kita terus merasakan karunia
dan syukur kepada Allah. Begitu seterusnya. Bila malam tiba, dalam lelah
yang tak beraturan, kita bersyukur, bahwa kesempatan istirahat itu masih
diberikan.

Kesadaran reaktif, adalah kesadaran yang kita peroleh dari sebuah
peristiwa besar atau sangat besar yang tidak setiap saat terjadi, yang
diberikan Allah keepada kita. Kesadaran reaktif ini bisa terrjadi dalam
bentuk musibah yang sangat mengerikan, dengan korban yang sangat
menyedihkan.

Semua kita berduka untuk para korban bencana di Sumatera. Dalam kadar
yang berbeda, semua kita pasti memiliki reaksi kesadaran bertauhid.
Bahwa semua ini terjadi atas kuasa Allah. Kesadaran kumulatif bisa kita
lakukan secara sukarela, tetapi kesadaran reaktif tidak bisa terhindari.
Suka atau tidak ia akan hadir dalam hati kecil kita, sebagai reaksi atas
ketidakberdayaan kita.

Kesadaran bertauhid secara kumulatif seringkali tidak kita tumbuhkan
secara baik. Akibatnya, terlalu banyak dari kita yang setiap hari
mengalami defisit kesadaran bertauhid. Defisit kesadaran adalah kondisi
dimana jumlah satuan-satuan peristiwa yang menambah kesadaran bertauhid
kita dengan satuan-satuan peristiwa yang menambah kelalaian kita tidak
sebanding.

Dengan kata lain, jumlah peristiwa yang menambah kelalaian kita lebih
banyak dari jumlah peristiwa yang menambah kesadaran kita.

Karenanya, bencana, musibah, ujian besar, dan peristiwa-peristiwa
dahsyat yang mengguncang jiwa, secara tidak langsung merupakan cara
Allah menambal defisit kesadaran bertauhid kita. Kesadaran reaktif kita
akan mengisi kekurangan kesadaran kumuIatif kita. Tapi itu bukan tanpa
duka dan air mata. Itu sebabnya kita tidak boleh memohon bencana. Tetapi
dalam pengertian lain, bila bencana itu oleh Allah juga disebut lantaran
ulah kita sendiri, ada andil dosa kita sendiri, maka di balik itu ada
pesan sangat penting: jangan sampai kesadaran kumulatif kita dalam
bertauhid mengalami defisit. Agar tidak sampai harus ditambal dengan
kesadaran reaktif. Sebab kesadaran kumulatif bisa kita lakukan dengan
sukarela, bisa kita hasilkan dari hal-hal yang menyenangkan, dalam
satuan-satuan peristiwa kecil yang tidak terlampau mengguncang batin.
Sebaliknya, dalam kesadaran reaktif akibat takdir-takdir besar berupa
musibah, bencana, atau malapetaka, selalu ada tangis, korban, kematian,
juga keterpisahan dengan orang-orang tercinta untuk selamanya.

Bagaimana dengan yang dialami Urwah dan lelaki tua dan buta itu? Pada
diri Urwah bin Zubair, atau lelaki tua yang buta, rusak wajahnya dan
patah hidungnya itu, kita bisa belajar kesempurnaan kesadaraan. Sebab
bagi keduanya, keesadaran reaktif hanya penyempurna bagi kesadaran
kumulatif mereka yang tak pernah mengalami defisit. Maka kita bisa
menyaksikan ungkapan kata- kata keduanya dalam menyikapi semua musibah
yang mereka alami. Kata-kata itu, kalimat-kalimat itu, adalah mutiara
kesempurnaan dalam bertauhid.

Maka, mengertilah kita. Bahwa kita hanyalah satu dari tiga golongan.
Pertama, di antara kita ada yang mengalami defisit kesadaran bertauhid.
Kedua, ada yang impas setelah ditambal sana sini termasuk dengan
bencana. Ketiga, mereka yang memiliki surplus kesadaran, seperti yang
dicontohkan oleh Urwah bin Zubair dan lelaki tua itu. Maka, mengertilah
kita. Bahwa dalam seebuah bencana yang menelan banyak jiwa, bisa jadi
itu cara Allah menambal defisit kesadaran sebagian mereka, tapi juga
cara Allah meningkatkan dan menyempurnakan kesadaran bertauhid sebagian
yang lainnnya.

"Apabila langit terbelah, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah
semestinya langit itu patuh. Dan apabila bumi diratakan. Dan memuntahkan
apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, dan patuh kepada Tuhannya,
dan sudah semestinya bumi itu patuh, (pada waktu itu manusia akan
mengetahui akibat perbuatannya). Hai manusia, sesungguhnya kamu telah
bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan
menemui-Nya."

Hidup pada akhimya adalah pandang memandang di antara kita, pantul
memantul, untuk kita saling bercermin. Pada semua potret yang terpampang
dalam layar hidup tempat kita saling mengaca itu, ada pasang surut
kesadaran utama kita: kesadaran bertauhid. Bahwa Allah saja Yang Maha
Kuasa. Dalam maknanya yang benar, positif, dan optimistik tentang semua
itu, kita kemudian bisa merasakan di dasar hati yang paling dalam, bahwa
pada akhimya, kita hanyalah manusia.

Seperti Urwah bin Zubair yang secara rela memilih sikapnya. Juga lelaki
tua, buta, dan patah hidungnya itu yang telah mengambil jalan menuju
surplus kesadarannya, kita bisa melihat ke dalam diri sendiri, seperti
apa sejujumya kesadaran bertauhid kita.[]