Salurkan Infaq Anda untuk PEMBANGUNAN GEDUNG MADRASAH DINIYAH MUHAMMADIYAH SIDOMULYO KEC.ANGGANA KAB.KUKAR melalui: BANK BRI UNIT ANGGANA No. Rek. 4565.01.003179.53.3 a.n. PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH ANGGANA

SEJARAH MUHAMMADIYAH

Pada tanggal 8 Dzulhiijah 1330 Hijriyah atau 18 Nopember 1912 Miladiyah, oleh almarhum KHA. Dahlan didirikan suatu persyarikatan sebagai "gerakan Islam" dengan nama "MUHAMMADIYAH" yang disusun dengan Majelis-Majelisnya, mengikuti peredaran zaman serta berdasarkan "syura" yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawatan atau Muktamar. Kesemuanya itu perlu untuk menunaikan kewajiban mengamalkan perintah-perintah Allah dan mengikuti sunnah Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw., guna mendapat karunia dan ridla-Nya di dunia dan akhirat, dan untuk mencapai masyarakat yang sentausa dan bahagia, disertai nikmat dan rahmat Allah yang melimpah-limpah, sehingga merupakan: "Suatu negara yang indah, bersih, suci dan makmur di bawah perlindungan Tuhan Yang Maha Pengampun". Maka dengan Muhammadiyah ini, mudah-mudahan ummat Islam dapatlah diantarkan ke pintu gerbang Syurga "Jannatun Na'im" dengan keridlaan Allah Yang Rahman dan Rahim.


lazada

Selasa, Juli 27, 2010

Ketika Sang Muballigh sakit


Suatu hari di sebuah pengajian ibu-ibu, sang Muballigh pamit tidak bisa hadir. Dia tidak memberitahu alasannya. Dia sakit dan dirawat di rumah sakit.

Ibu-ibu ternyata mencium sesuatu dan mencari tahu kenapa sang guru tidak hadir di pengajian. Ketemulah jawabannya bahwa sang muballigh lagi sakit. Dia menjalani operasi di rumah sakit.

Biasalah, kehidupan seorang muballigh itu sederhana dan bersahaja. Demikian pula muballigh yang satu ini. Dia memang muballigh yang bisa dibilang sangat sederhana dan sangat ikhlas.

Para ibu kemudian berniat untuk membantu sang guru yang lagi sakit. Mereka bersepakat untuk mengumpulkan uang guna meringankan biaya di rumah sakit bagi sang muballigh.

Uang terkumpul lumayan banyak.

Para ibu kemudian menjalankan sunnah Nabi saw dengan menjenguk “saudaranya” yang sakit. Di rumah sakit, para ibu dengan sedikit basa basi kemudian mengatakan:

Bapak, kami datang ke sini untuk memberikan amanat para ibu yakni menyerahkan sumbangan untuk kepentingan meringankan biaya bapak di rumah sakit.

Tentu saja sang muballigh berterima kasih dan merasa bersyukur karena dibantu.

Singkat cerita, sembuhlah sang muballigh.

Tidak berapa lama kemudian, sang muballigh mengundang para ibu ke rumahnya (rumah tempat tinggal yang bukan milik sang muballigh). Para ibu senang mendengar Bapak guru sudah sembuh. Datanglah mereka ke rumah sang muballigh.

Sang Muballigh mengucapkan terima kasih kepada para ibu yang telah membantu biaya selama dirinya dirawat di rumah sakit. Dan alhamdulillah, sekarang dirinya sudah sembuh. Di bagian akhir dari sambutan sang muballigh, ada sesuatu yang mengejutkan. Sang muballigh menyerahkan sebuah amplop yang agak besar.

Tentu saja para ibu kaget. Apa isi amplop itu? Sang muballigh mempersilahkan para ibu untuk membukanya. Ketika dibuka, ibu-ibu lebih kaget lagi. Isinya adalah uang!

Para ibu bertanya-tanya, ada apa dengan uang itu. Kenapa sang muballigh memberi mereka uang. Bapak muballigh itu kemudian menjelaskan bahwa uang itu adalah uang kelebihan dari sumbangan ibu-ibu untuk berobat di rumah sakit. Uang sumbangan dari ibu-ibu itu lebih dari cukup untuk berobat. Karena akad (kata-kata para ibu) waktu menyerahkan sumbangan adalah untuk biaya berobat dan ternyata masih ada kelebihan maka kelebihan itu dikembalikan.

Itulah kisah seorang Muballigh yang saya beruntung pernah belajar kepada beliau waktu di Mu’allimin tahun 1972/1973. Beliau adalah Bapak AR Fakhruddin, mantan ketua PP. Muhammadiyah. Rumah tinggal Pak AR sekarang menjadi Kator PP. Muhammadiyah yang baru di jl. Cik Di Tiro (dekat kampus UGM)


M.Yusron Asrofi
Catatan: Karena cerita ini sudah lama saya dengar maka detil cerita mungkin ada kekeliruan. Karena itu saya istighfar kepada Allah. Semoga kalau saya keliru, Allah mengampuni saya. Isi cerita sudah saya konfirmasi dengan Pak Sukri AR, meskipun saya mendengarnya dari orang lain.

Senin, Juli 19, 2010

Pimpinan Pusat Muhammadiyah memutuskan bahwa awal Ramadhan 1431 Hijriyah, jatuh pada Rabu, 11 Agustus 2010.


REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Pimpinan Pusat Muhammadiyah memutuskan bahwa awal Ramadhan 1431 Hijriyah, jatuh pada Rabu, 11 Agustus 2010. Keputusan PP Muhammadiyah itu didasarkan atas hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dilakukan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Melalui maklumat nomor 05/MLM/I.0/E/2010 yang ditandatangani Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin dan Sekretaris Umum Agung Danarto tertanggal 16 Juli 2010, disebutkan bahwa ijtimak menjelang Ramadhan 1431 H terjadi pada hari Selasa 10 Agustus 2010 M pukul 10:09:17 WIB. Tinggi hilal pada saat Matahari terbenam di Yogyakarta (= -07 48 dan = 110 21 BT) = +02 30 03 (hilal sudah wujud) dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam hilal sudah di atas ufuk.

"Berdasarkan hasil hisab tersebut maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengumumkan bahwa 1 Ramadhan 1431 H jatuh pada hari Rabu, 11 Agustus 2010 M," terang Din Syamsudin dalam maklumat yang dikirim melalui email ke Republika, Senin (19/7).

Dalam maklumat itu juga disebutkan bahwa, ijtimak menjelang Syawal 1431 H terjadi pada hari Rabu, 08 September 2010 M pukul 17:31:01 WIB. Saat itu tinggi hilal pada saat Matahari terbenam di Yogyakarta (= -07 48 dan = 110 21 BT) = ¬–02 08 16 (hilal belum wujud) dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam hilal masih di bawah ufuk. Berdasarkan hasil hisab tersebut maka PP Muhammadiyah mengumumkan bahwa 1 Syawal 1431 H jatuh pada hari Jumat, 10 September 2010 M.

Sedangkan, ijtimak menjelang Dzulhijah 1431 H terjadi pada hari Sabtu, 06 November 2010 M pukul 11:53:04 WIB.Tinggi hilal pada saat matahari terbenam di Yogyakarta (= -07 48 dan = 110 21 BT) = +01 34 23 (hilal sudah wujud) dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam hilal sudah di atas ufuk.

Karenanya, dari hasil hisab tersebut maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengumumkan bahwa: 1 Dzulhijjah 1431 H jatuh pada hari Ahad, 07 November 2010 M, hari Arafah (9 Dzulhijjah 1431 H) jatuh pada hari Senin, 15 November 2010 M dan Idul Adha (10 Dzulhijjah 1431 H) jatuh pada hari Selasa, 16 November 2010 M.

"Terkait memasuki bulan Ramadhan sendiri, kita mengimbau agar warga Muhammadiyah tetap menjaga niat dan kemurnian ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya sesuai dengan ajaran Islam yang menjadi pegangan Muhammadiyah dengan semangat menjadikan Ramadhan 1431 H ini sebagai metamorfosis kehidupan dan proses transformasi diri dari keadaan yang serba negatif kepada keadaan yang serba positif," tambah Din.

Selain itu PP juga mengimbau kepada warga Muhammadiyah khususnya dan segenap bangsa, diharapkan dapat memaknai Ramadhan dan peringatan kemerdekaan RI dengan pendekatan dan aksi-aksi sosial yang hidup. Pasalnya peringatan kemerdekaan RI ke-65 bertepatan dnegan ramadhan.

"Ramadhan dan peringatan kemerdekaan bangsa harus dekat dengan manusia dan kemanusiaan, terutama yang selama ini tertindas dan terkungkung oleh sejarah. Karena agama dan negara hadir untuk membebaskan manusia sebagai manusia seutuhnya dari belenggu-belenggu kehidupan. Inilah makna kemerdekaan sejati dan makna dari dimensi horizontal dan vertikal manusia beragama," jelas Agung Danarto. Yulianingsih
Red: Krisman Purwoko

http://www.republika.co.id/dunia-islam/islam-nusantara/10/07/19/125406-pp-muhammadiyah-awal-ramadhan-11-agustus-syawal-10-september